Susah Gak Sih Jadi HRD?

HRD adalah divisi/departemen yang paling sering disalahartikan di dalam perusahaan. Karyawan kebanyakan menyangkakan HRD sebagai tangan kanan pemilik perusahaan jika terkait dengan penggajian atau pemberian bonus dan tunjangan. Di lain sisi, HRD dianggap sebagai pengganggu kerja operasional ketika melahirkan aturan-aturan atau program-program yang tidak pernah dilakukan sebelumnya. Nah loh!

Melihat perkembangan di dunia kerja, peran HRD mulai menonjol dan lebih dari sekedar menghitung absensi atau menggaji karyawan. Peran yang paling kelihatan terkait dengan rekrutmen karyawan baru. Di sudut-sudut kota, di gang-gang sempit atau di ruang publik manapun nama petugas HRD/SDM tersebar bak poster kampanye caleg. Entah itu berisi nomor kontak pribadi ataupun perusahaan. Bahkan kartu nama rekruter (orang yang bertugas merekrut) bersaing ketat dengan kartu nama salesman di jagad dunia profesional. Dalam rekrutmen, HRD kembali menemukan nyawanya.

Tapi apa cuma itu saja tugas HRD? Apa cuma peralihan dari absen dan penggajian menjadi tukang rekrut orang? Kalau kata orang Organization Development dua pekerjaan itu khan beda nature (ciee..). Yang satu lebih banyak di belakang meja dan melihat ke dalam (perusahaan), sedang satunya lebih banyak melihat keluar dan tak jarang memang harus tugas ke luar (mengikuti event Job Fair atau Campuss Hiring misalnya). Pantas saja orang HRD sering dianggap sebagai bunglon.

Saya pribadi dan beberapa orang cukup kesulitan saat diminta menggambarkan seperti apa sich sosok seorang HRD itu? Jauh lebih sulit ketimbang menggambarkan sosok orang akunting, keuangan ataupun orang IT, meskipun sama-sama masuk dalam kelompok supporting department/divisi di dalam organisasi/perusahaan.

Kamu juga ngerasa gitu? *toss*

Penjelasan yang paling mendekati hal ini adalah bidang sumber daya manusia (SDM) terdiri dari banyak disiplin ilmu, yang menyebabkan orang-orang SDM juga berasal dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda. Contoh paling keras misalnya orang rekrutmen kebanyakan berasal dari dunia kejiwaan, karena dianggap “kejiwaan” menjadi saringan penting dalam merekrut seorang pekerja. Di lain pihak, area penggajian biasanya diisi oleh lulusan ekonomi, dimana kebiasaan mereka melihat angka diharapkan mengurangi efek pusing ketika menghitung biaya gaji atau biaya tenaga kerja lain.

Di samping kedua disiplin ilmu tersebut ternyata lebih banyak lagi ilmu-ilmu yang tersebar di seluruh area kerja HRD. Sekilas saja kita bisa sebut, para lulusan studi manajemen, hukum, komunikasi, teknik industri, teknologi informasi dan teknik lingkungan ikut menemani lulusan psikologi dan ekonomi meramaikan pasar kerja di dunia SDM. Tak jarang para lulusan ilmu lain (mis. Teknik Kimia, Teknik Mesin, Ilmu Pertanian, Ilmu Peternakan) juga ikut bergabung atas dasar terperosok a.k.a kecemplung. Belum lagi jika ada beberapa perusahaan yang dengan seenak jidatnya atas nama efisiensi menggabungkan fungsi HRD dengan fungsi General Affairs (GA).

Saya secara terbuka menolak konsep ini. Saya bersikukuh menyatakan HRD dan GA adalah fungsi yang terpisah dan tidak dapat digabung jadi satu. Mungkin 20 tahun lalu itu masih mungkin. Yakni ketika memang istilah HRD belum ada. Kala itu pengelolaan SDM dikenal sebagai administrasi personalia. Silahkan saja digabung dengan bidang administrasi lainnya. Tetapi kalau sekarang tetap mau digabung, nehi’ lah yaw.

Dengan banyak rupa dan pernak-pernik seperti itu, tentu saja HRD menjadi “padat budaya” (merujuk istilah “padat karya”) dan memahami dunia HRD secara sepotong-sepotong sama dengan belajar berhitung hanya sampai Bab “Penambahan & Pengurangan” saja. HRD harus dipelajari secara menyeluruh dan lengkap. Bahasa keren dari kondisi seperti ini adalah “eklektik”. Percampuran sekian banyak disiplin ilmu ke dalam satu “pertunjukkan”.

Dalam dunia yang kejam ini (hehe..) saya beruntung… (oke stop! Ini penting! Merasa beruntung itu penting kawan! Lanjutkan!) Saya beruntung telah menemukan atau setidaknya telah mencermati begitu banyak muka HRD selama karir saya. Tagar yang jadi judul artikel akan menjadi saksi bisu saya dalam membagi pengalaman serta beberapa pekerjaan saya di bidang HRD. Dalam menulis ini saya masih belum yakin bagaimana cara mengupload file di dalam blog saya. But soon I will try to figure it out. Jadi, doakan ini bukan postingan terakhir saya. Ammmiiiinnnn….!!

beosk

Comments

Leave a comment